Menilik Sport Science di Indonesia
Sport science, apa yang ada dibenak anda ketika mendengar frasa tersebut? Barangkali sebagian dari kita akan mengira bahwa hal tersebut berkaitan dengan olahraga yang bersinggungan dengan teknologi mutakhir. Sesuatu yang membawa persepsi kita menuju sebuah bayangan tentang sejumlah orang dengan dress code serba putih dengan berbagai peralatan canggih di dalam suatu laboratorium dengan lembaran-lembaran catatan penelitian dan berbagai instrumen lainnya.
Prototype tersebut
merupakan persepsi yang lumrah di masyarakat umum, termasuk di negara kita. Tidak
ada yang salah dengan prototype ini, namun akan lebih baik jika kita sedikit
mempelajari dan atau setidaknya mengetahui apa saja yang terkandung dalam sport
science dengan tanpa menyimpulkan dalam satu persepsi saja.
Sport science
atau yang di negara kita dikenal dengan istilah Ilmu Keolahragaan telah
masuk ke negara kita sebelum tahun 2000. Menurut Harun dalam sebuah podcast
video di salah satu Youtube channel, Eminence Tlaks, “perguruan
tinggi yang ada di Indonesia itu mulai ada sport science sekitar (tahun)
1999.” Ia menambahkan, bidang keilmuan ini telah ada di sekitar 13 perguruan
tinggi di Indonesia. Dengan tambahan, ada sekitar 9.600 lulusan dari disiplin
ilmu ini, terhitung sejak tahun 2003 hingga 2009.
Saat ini, penggunaan nama
ilmu keolahragaan atau sport science diberbagai perguruan tinggi di
Indonesia sendiri masih terbilang belum seragam. Diantarnya ada FIK (Fakultas
Ilmu Keolahragaan), FIO (Fakultas Ilmu Olahraga), dan FPOK (Fakultas Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan).
Didalam perkembangannya,
bidang keilmuan ini telah ada di Indonesia sejak berpuluh-puluh tahun lalu,
dengan belum menggunakan istilah sport science. Seperti contoh sepak
terjang salah satu kampus yang kini bernama FIK, di Yogyakarta.
Berawal dari Keputusan
Mentri PD & K nomor 6216/B tanggal 9 Agustus 1950 tentang pendirian Akademi
Pendidikan Djasmani (APD) yang dipimpin oleh W de Baan, dan AR. Tampenawas.
Akademi ini menjadi Jurusan Pendidikan Jasmani dan bagian dari Pedagogik pada
Fakultas Sastra, Pedagogik, dan Filsafat, UGM (Universitas Gadjah Mada) pada 1
Oktober 1951, yang kini dijadikan sebagai peringatan hari lahir FIK UNY
(Universitas Negeri Yogyakarta.
Pada tanggal 19 September
1955, bagian Pedagogik dari Fakultas Sastra, Pedagogik, dan Filsafat UGM
berubah menjadi FIP (Fakultas Ilmu Pendidikan) yang memiliki bagian Pendidikan
dan Pendidikan Jasmani. FIP UGM berubah menjadi FKIP (Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan) pada tanggal 1 September 1961. Kemudian tepat satu tahun
setelahnya Jurusan Pendidikan Jasmani FKIP UGM berkebang menjadi FPD (Fakultas
Pendidikan Djasmani) UGM dengan Arma Abdoellah, M.Sc. sebagai Dekan.
FPD berkembang menjadi
STO (Sekolah Tinggi Olahraga) Yogyakarta atas dasar Keputusan Presiden RI nomor
23 Tahun 1963. Tanggal 22 Februari 1977, STO Yogyakarta berintegrasi dengan
IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Yogyakarta dengan mengenakan nama
FKIK (Fakultas Keguruan Ilmu Keolahragaan), lalu berganti nama menjadi FPOK
(Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan pada tahun 1981.
Pada tahun 1998, setelah
IKIP Yogyakarta berubah menjadi Universitas Negeri Yogyakarta, FPOK berganti
nama menjadi FIK (Fakultas Ilmu Keolahragaan) UNY (Universitas Negeri
Yogyakarta) hingga sekarang.
Secara keseluruhan, ranah
keilmuan yang menjadi lingkup sport science atau ilmu keolahrgaan di
Indonesia terbagi menjadi 3, sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 17 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Diantaranya yaitu olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga
prestasi.
Olahraga pendidikan
mencakup segala aktivitas terkait dengan dunia olahraga dalam ranah pendidikan,
termasuk keguruan. Olahraga rekreasi mencakup segala aktivitas olahraga dalam
rangka sebagai upaya menjaga kebugaran dan kesehatan jasmani, serta sebagai
hiburan. Olahraga prestasi mencakup segala aktivitas terkait dengan
aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk capaian prestasi.
Secara keorganisasian,
terdapat ISSA (International Sports Science Association) sebagai wadah para sport
scientist di seluruh dunia yang berdiri tahun 1988. Asosiasi ini didirikan
oleh Dr. Sal Arria dan Dr. Frederick Hatfield dengan misi “Bring healthy
living to everybody in the world through education and community”.
Di lingkup Asia, terdapat
organisasi berbasis online dan nonprofit bernama AESA (Asian Exercise
& Sport Science Association) yang berdiri tahun 2012. AESA mulai berdiri
semenjak dikeluarkannya Asian Exerc Sport Sci J (Asian Exercise and Sport
Science Journal).
Jika dikupas lebih dalam
lagi, kita akan menemukan berbagai komponen yang terdapat dalam sport
science. Dimana kita akan bersinggungan dengan Psikologi, Gizi, Anatomi,
Fisiologi, Kinesiologi, Histologi, Biomekanika, Strength and Conditioning,
Sosiologi, Kedokteran Olahraga, Sport Management, dan masih
banyak bidang lainnya.
Jika ditanya mengenai
siapa saja kah yang berkecimpung di dalam sport science, maka akan
terdapat berbagai pelaku yang berkaitan. Bukan hanya atlet dan pelatih saja,
namun juga terdapat berbagai profesi lain seperti guru olahraga, dosen, dokter
olahraga, psikolog, analis, personal trainer, sport masseur, sport
therapist, manajer tim olahraga, manajer fasilitas olahraga, nutrisionis, jurnalis,
sport event organizer, dan masih banyak profesi lainnya.
Semoga tulisan ini dapat
memberikan gambaran untuk anda. Semoga bermanfaat.
Sumber
dan link terkait:
http://fik.uny.ac.id/sejarah-singkat-fik-uny
https://www.issaonline.com/company/
https://www.youtube.com/watch?v=5E7nYFuFpsk
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional
Comments
Post a Comment